Senin, 28 Mei 2012

TV Online

TV ONLINE ERSA DILLA TV

Waahhh.... Banyak TV nya

FESTIVAL FILM BANDUNG 2012








Berikut ini daftar pemenang kategori Film Layar Lebar:

Film Terpuji: The Mirror Never Lies

Pemeran Utama Pria Terpuji: Qausar Harta Yudana (Pengejar Angin)

Pemeran Utama Wanita Terpuji: Prisia Nasution (Sang Penari)

Pemeran Pembantu Pria Terpuji: Surya Saputra (Malaikat Tanpa Sayap)

Pemeran Pembantu Wanita Terpuji: Ira Maya Sopha (Mother Keder) & Ratna Riantiarno (Get Married 3)

Sutradara Terpuji: Kamila Andini (The Mirror Never Lies)

Penulis Skenario Terpuji: Ben Sihombing (Pengejar Angin)

Penata Editing Terpuji: Cesa David Luckmansyah (Sang Penari)

Penata Kamera Terpuji: Ipung Rachmat Syaiful (The Mirror Never Lies )

Penata Artistik Terpuji: Allan Sebastian (Di Bawah Lindungan Ka’bah) & A Tonny Trimarsanto, Timothy D Setyanto (The Mirror Never Lies).

Penata Musik Terpuji: Aksan Sjuman & Titi Sjuman (Sang Penari)

Poster Film Terpuji : The Mirror Never Lies

Penghargaan Khusus Pemeran Anak Terpuji: Chantiq Schagerl (Hafalan Shalat Delisa)

Lifetime Achievment Award: Aminah Cendrakasih & Slamet Rahardjo

FFB 2012
Film
Sinetron
·         BANDUNG, KOMPAS.com - Pada hari Sabtu (12/5/2012), bakal diumumkan film dan narafilm terpuji di Festival Film Bandung di halaman Gedung Sate.
·         Tradisi yang berlangsung selama 25 tahun ini kembali dilangsungkan, meski tetap dibayangi kekhawatiran kualitas film yang beredar di Kota Bandung maupun daerah lain di Indonesia.
·         Nominasi untuk film dan narafilm terpuji didapatkan dari pengamatan FFB selama satu tahun yakni Maret 2011 hingga Maret 2012. Film lokal yang beredar di bioskop Kota Bandung mencapai 87 judul, sedangkan film impor mencapai 114 judul. Untuk judul sinetron berseri maupun lepas atau FTV, didapatkan 327 judul oleh tim pemerhati dari FFB.
·         Dari segi kuantitas, jumlah film lokal yang beredar memang lebih banyak dibandingkan tahun lalu dengan 78 judul. Dari 87 judul film di tahun 2012, terdiri dari 63 judul drama, dan 24 judul film horor.
·         Dengan komposisi 27,5 persen merupakan film horor, kecenderungan film Indonesia belum beranjak dari konten hantu maupun pocong, selain itu juga ditemui film yang mengumbar kehidupan glamor dengan penceritaan yang kedodoran.
·         Hal itu diutarakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Nunung Sobari, Jumat (11/5/2012).
·         Dia menegaskan bahwa Pemprov Jabar akan ikut mendorong perbaikan kondisi perfilman nasional, salah satunya dengan pemberian penghargaan film dan narafilm terpuji dalam FFB.
·         "Jabar memiliki kekayaan budaya yang seharusnya bisa menjadi sumber inspirasi bagi pembuat karya film. Di provinsi ini juga terdapat bakat seniman dan sineas yang berkualitas," kata Nunung.
·         Menurut sejarah, lanjutnya, film pertama di Indonesia dibuat di Jawa Barat berjudul Lutung Kasarung, yang dibuat berkat kerja sama pihak swasta dengan Bupati Bandung RAA Wiranatakusumah V pada tahun 1926.
·         Acara malam penganugerahan film dan narafilm terpuji ini bakal dimeriahkan oleh artis yang dinominasikan seperti Oka Antara, Dwi Sasono, Reza Rahadian, Surya Saputra, Atiqah Hasiholan, maupun Dorman Borisman. Beberapa artis akan tampil memeriahkan acara itu yakni  Cherrybelle, Syahrini, Indah Dewi Pertiwi, Super Girliez, dan Melly Goeslaw.




  • Penata Artistik Terpuji:
    • Alan Sebastian, film Di Bawah Lindungan Ka’bah, produksi MD Pictures;
    • Sinopsis Film: Di Bawah Lindungan Ka’bah (BAWA)


      Sebuah film ber-genre drama religi kembali dipersembahkan Md Pictures dibawah arahan sutradara Hanny R Saputra dan dibintangi Herjunot Ali, Laudya Cynthia Bella, Niken Anjani, Tara Budiman, Hj. Jenny Rachman, Widyawati, Didi Petet, dan Leroy Osmani.
      Sebelumnya pada tahun 1981 Asrul Sani pernah menyutradarai film dengan judul sama dengan dibintangi Cok Simbara, Camelia Malik, Ade Irawan, Rendra Karno, dan Mutiara Sani. Musik latarnya digarap Idris Sardi.Pada tahun 1978 lahir sebuah novel dengan judul yang juga sama. Novel tersebut ditulis Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), seorang sastrawan sekaligus ulama dan politisi kelahiran Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908.
      Film Di Bawah Lindungan Ka’bah tahun 1981 bercerita tentang pemberontakan orang Minangkabau Sumatera Barat terhadap penjajahan Belanda tahun 1940-an dan sifat proteksionis seorang suami terhadap istrinya.
      Sementara Di Bawah Lindungan Ka’bah tahun 2011 berlatar belakang Sumatera Barat tahun 1920-an tentang cinta abadi, dimana ketika segala sesuatu kelihatannya tak mungkin, cinta dengan caranya sendiri, menjadikannya mungkin.
      Sinopsis
      Hamid dan Zainab berasal dari dua keluarga dengan tingkat sosial yang berbeda. Hamid yang berasal dari keluarga miskin dan Zainab yang berasal dari keluarga kaya. Hamid mendapat dukungan dana sekolah dari ayah Zainab, ibu Hamid pun bekerja di rumah keluarga Zainab. Pertemuan demi pertemuan membuat keduanya, Hamid dan Zainab, kemudian saling jatuh cinta.
      Mereka berbagi impian yang sama, yaitu tiap manusia bebas untuk mencintai dan dicintai, dan impian untuk menunaikan ibadah haji di Mekah
      Hamid melakukan segalanya demi Zainab. Demi mewujudkan cinta mereka. Demi mewujudkan impian itu. Melewati berbagai halangan yang ingin memisahkan mereka, mencoba membuka satu persatu belenggu yang meng atasnama kan adat masa itu.
      Bahkan ketika keinginannya untuk meminang Zainab pupus sudah, keinginannya untuk mewujudkan impiannya dan Zainab pergi ke Ka’bah tetap ia perjuangkan. Hamid berjuang pergi ke Mekah demi Zainab. Zainab berjuang mempertahankan cintanya disini demi Hamid.